Wawasan dari AI/Analytics
Masa Depan Inisiatif Perkotaan Pintar
(Pendapat dan pandangan yang diungkapkan oleh peserta dalam artikel ini merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pandangan organisasi mereka.)
Dipublikasikan pada tanggal 22 Juni 2020
Tantangan yang dihadapi kota-kota dalam 50 tahun ke depan
Alex |
Gangguan perubahan iklim, teknologi baru dan pergeseran sosial, serta masalah COVID-19 baru-baru ini telah membawa dunia ke titik paling rentan. Tujuh puluh persen kota mengalami efek perubahan iklim. Kota-kota juga menghadapi perubahan pada tatanan sosial. Dari populasi global yang menua yang diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2050, hingga krisis pengungsi yang telah membuat lebih dari 25,9 juta orang mengungsi, kota-kota dibombardir dengan perubahan demografis yang membutuhkan respon cepat dan mitigasi yang efektif. Mendapat tantangan yang mendesak sedemikian, perencana kota harus menjalankan peran mereka sebagai pemimpin global dan menangani masalah ini secara strategis dan kolaboratif. Dengan populasi perkotaan global yang diperkirakan mencapai 68% dari total populasi dunia pada tahun 2050, para pemimpin kota memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk mengelola dan menanggapi gangguan saat ini. Mereka mungkin memiliki sumber daya, pengetahuan, dan kekayaan yang membekali mereka untuk memberikan kebijakan yang unik dan transformatif yang disesuaikan dengan tuntutan tiap kota. Oleh karena itu, penting memainkan peran yang sangat diperlukan dalam menggerakkan masyarakat menuju masa depan yang lebih tangguh. Bagaimana kota mempersiapkan masa depannya dengan lebih percaya diri? |
---|
Inisiatif perkotaan pintar di seluruh dunia
Alex |
Dapatkah Anda menggambarkan beberapa inisiatif smart city yang sedang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi tantangan ini? |
---|---|
Theo |
Menurut saya, konsep smart city tidaklah tepat. Kami melihat kawasan yang lebih “smart”, di dalam kota, di mana penduduk dapat bekerja, mencari hiburan, dan berbelanja tanpa meninggalkan kawasan tersebut. Kami juga melihat peningkatan fokus di sekitar ekosistem komunitas lokal yang terintegrasi dan terhubung. Kota yang sukses adalah kota yang melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya dan harus diukur dari kualitas total kehidupan yang diciptakan atau dimungkinkannya bagi masyarakat. Kami menghadapi tantangan besar seputar populasi yang menua. Misalnya, kami bekerja di kawasan pintar yang memiliki fokus kesehatan serta dirancang untuk memungkinkan dan mengajari orang-orang menikmati hidup yang berkualitas di atas usia 50 tahun. Seluruh kawasan dirancang untuk kehidupan lansia. |
Alex |
Demikian definisi smart city yang menarik dan lebih luas. Colin, sebagai konsultan, Anda telah berkeliling dunia dan telah melihat banyak contoh. Menurut Anda, apa model yang bagus kita gunakan untuk perencanaan kota? |
Colin |
Biasanya, Singapura, Amsterdam, dan Estonia akan masuk peringkat 5 besar, 10 besar. Tetapi tidak ada definisi tunggal tentang apa itu smart city. Misalnya, dapatkah smart city menjadi smart city yang terdesentralisasi? konteks ini perlu dilokalkan. Tipe lainnya adalah smart city terdistribusi, yang lebih dari sekedar pemerintah – pemangku kepentingan lainnya, seperti komunitas, start-up, dan korporasi juga dapat memimpin dalam pengembangan smart city. Misalnya, China memiliki banyak fitur smart city yang sangat inovatif, seperti pembayaran digital, yang dipimpin oleh perusahaan - perusahaan teknologi mereka, yang dioperasikan oleh swasta- . |
Alex |
Teck Leong, sebagai perencana untuk Singapura, dapatkah Anda memberi contoh kota lain yang menurut Anda dapat kami ikuti dan tiru? |
Teck Leong |
Saya pribadi menyukai cara Jepang mengembangkan kota mereka. Meskipun Jepang adalah negara yang pintar dan berteknologi maju, model pembangunan mereka sangat berpusat pada manusia, di mana mereka mencoba membuat setiap kota, distrik, perkotaan, dan lingkungan menjadi sangat layak huni, padat, organik, ramah pejalan kaki, bersih dan hijau, dan dapat diakses oleh transportasi umum. Di Tokyo, mereka telah menciptakan banyak pusat serbaguna yang terintegrasi erat dengan jaringan kereta api dan stasiun kereta api sehingga orang dapat tinggal, bekerja, dan bermain di satu lokasi tanpa perlu menghabiskan waktu bepergian. Singapura juga melakukan hal serupa, alih-alih memusatkan semua kegiatan ekonomi di pusat kota, kami mendesentralisasikannya dengan membuat pusat regional di sekitar stasiun MRT utama dan persimpangan di berbagai sudut Singapura. Seluruh idenya adalah untuk menciptakan tempat di mana peluang kerja; perumahan; dan fasilitas seperti sekolah, toko, rumah sakit, fasilitas rekreasi dan komunitas, dan taman semuanya dapat ditemukan di satu tempat. Kami ingin memastikan semua pusat regional yang kami ciptakan sama menariknya dengan Central Business District (CBD) sehingga masyarakat dan perusahaan akan lebih bersedia untuk bekerja dan mengatur operasi mereka di luar pusat kota. |
Theo |
Apa yang dilakukan Singapura dengan sangat baik adalah desain ekosistem transportasi mereka. Karena biaya transportasi yang terjangkau dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya, memungkinkan adanya kebijakan yang ketat terkait jumlah kendaraan di jalan raya. Hal ini mengurangi kemacetan dan mengurangi emisi tanpa menghukum mayoritas masyarakat. Jenis infrastruktur dasar ini sangat penting jika Anda ingin membuat rencana yang terdesentralisasi dan tetap memungkinkan setiap orang dalam komunitas memanfaatkan semua fasilitas serta memungkinkan hidup yang berkualitas bagi seluruh komunitas. |
Alex |
Sebagai perencana kota, apa hal utama yang Anda cari saat ingin meningkatkan kualitas hidup? |
Teck Leong |
Orang tidak memilih untuk bekerja dan tinggal di kota atau daerah tertentu karena kotanya pintar dan dilengkapi dengan gawai yang fantastis. Mereka melakukannya karena kota atau daerahnya menarik, semarak, dan layak huni, serta memenuhi kebutuhan hidup. Orang-orang tertarik pada tempat-tempat yang memiliki taman dan fasilitas rekreasi yang bagus; hiburan menarik; ritel, makanan dan minuman, serta seni budaya; perumahan berkualitas baik yang terjangkau; jaringan transportasi umum yang terhubung dengan baik; pekerjaan layak; dan sekolah untuk anak-anak mereka. Mereka juga menginginkan akses konektivitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang cepat dan andal untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan pribadi mereka. |
Theo |
Bagi Hitachi, kata kuncinya adalah masyarakat. Pada akhirnya, kami mengembangkan produk untuk masyarakat, dengan tujuan menciptakan kebahagiaan dan hidup yang berkualitas bagi mereka. Kami melihat konvergensi dari Industri 4.0 ke masyarakat 5.0. Di masa lalu, industri digunakan untuk mengarahkan pengembangan produk. Sekarang kita telah melihat perubahan paradigma bisnis global ke ekonomi konsumsi yang didorong oleh konsumen. Kemampuan konsumen untuk mendemonstrasikan dan mengomunikasikan kebutuhan mereka menjadi yang utama dalam segala hal yang kami lakukan, termasuk cara kami membangun kota, komunitas, dan kawasan sekitar. |
Tantangan terbesar bagi inovasi perkotaan
Alex |
Merencanakan smart city dan kawasan pintar melibatkan pengembangan baru yang menggantikan infrastruktur lama dan menambahkan teknologi pintar ke dalam infrastruktur yang ada. Masalah paling umum yang mengganggu inisiatif ini adalah pendanaan. Jika pemerintah adalah satu-satunya entitas yang bersedia membayar untuk pembangunan semacam itu, bagaimana pembangunan baru dapat dibiayai? Ini merupakan hal yang sangat sulit bagi negara berkembang. |
---|---|
Colin |
Saya tidak berpikir Anda dapat mengambil peran pemerintah pada akhirnya. Pemerintah memiliki peran yang sangat penting, namun saya pikir pada kenyataannya Anda tidak dapat hanya bergantung pada pemerintah. Baik itu di India maupun di tempat lain, banyak hal yang terjadi terlepas dari disebabkan pemerintahan. |
Wujuan |
Kita perlu memahami faktor pendorong smart city. Beberapa kota fokus pada pembangunan berkelanjutan karena kekurangan sumber daya alam, beberapa kota ingin meningkatkan efisiensi industrinya karena penurunan tenaga kerja, sementara kota lain mungkin bertujuan untuk memberikan layanan yang lebih nyaman kepada warganya. Setiap smart city mungkin menghadapi tantangan yang berbeda, maka pemerintah dapat memainkan peran yang berbeda pula untuk mempercepat perjalanan menuju smart city. |
Theo |
Kita juga perlu melihat biaya hidup, biaya layak huni yang melingkupi biaya transportasi, pangan, perumahan, dan sebagainya – bagaimana teknologi dapat membantu mengurangi biaya hidup. |
Colin |
Salah satu kriteria utama dalam berbagai peringkat tahunan kota paling layak huni di dunia mempertimbangkan durasi yang dihabiskan untuk melakukan perjalanan dari rumah ke kantor pulang pergi. Biaya memang penting untuk dipertimbangkan, namun tingkat kemacetan lebih berdampak. Beberapa bulan lalu saya mengunjungi Silicon Valley dan menemukan bahwa lalu lintas dari San Francisco ke Palo Alto sangat ramai. Menurut saya, ini bukan tempat yang layak huni. Dengan hanya sedikit pengecualian (seperti Singapura), kota teratas dalam daftar smart city dan kota layak huni cenderung berbeda. Kita harus merenungkan mengapa perbedaan ini muncul. |
Wujuan |
Sekarang kita sampai pada perencanaan kota dan perencanaan transportasi. Bagaimana keduanya bisa terintegrasi? |
Teck Leong |
Perencanaan kota dan perencanaan transportasi sangat erat kaitannya. Untuk menarik orang agar bekerja dan tinggal di wilayah tertentu, infrastruktur transportasi perlu dilaksanakan tepat waktu seiring dengan laju pembangunan. Kawasan tersebut perlu dilayani dengan baik melalui jalan darat, kereta api, dan transportasi umum lainnya yang dapat membawa orang keluar-masuk wilayah dengan cepat dan nyaman. Untuk memungkinkan pergerakan dalam wilayah, moda transportasi alternatif seperti angkutan bus dan sepeda juga perlu direncanakan dan disediakan. |
AI dan teknologi lainnya di smart city
Alex |
Teknologi selalu dianggap sebagai pendorong sekaligus pengganggu. Apa teknologi yang dalam waktu dekat berpotensi untuk berkontribusi positif pada pemberdayaan smart city? |
---|---|
Wujuan |
Mungkin kita akan melihat bahwa mobil tanpa pengemudi dan taksi udara, robotika, printer 3D, dan realitas campuran yang menyatukan sistem fisik dan siber untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Terlepas dari teknologi individu itu sendiri, smart city akan menjadi konektivitas berbagai hal. Mengaktifkan penginderaan data yang dapat meliputi berbagai infrastruktur yang tersedia merupakan langkah prioritas. Mendapatkan wawasan yang lebih baik dari data multidimensi serta menghubungkan semuanya dapat menjadi langkah berikutnya. AI akan memainkan peran yang sangat penting, namun para pengambil keputusan perlu memahami mengapa AI memberikan rekomendasinya. Kami masih membutuhkan sumber daya manusia dalam pengoperasiannya. Keahlian manusia akan memanfaatkan teknologi AI membantu membuat keputusan yang lebih baik. |
Theo |
Teknologi 5G adalah kunci mendasar yang akan membuka komunikasi perangkat-ke-perangkat, yang akan membuka berbagai teknologi yang muncul seperti kendaraan otonom. Saat komunikasi perangkat-ke-perangkat semakin cepat, kita akan melihat AI menjadi lebih utama. Kita akan melihat industri baru menjadi hidup, serta transformasi lengkap dari industri yang ada saat ini. Contohnya dalam tiga tahun ke depan, kita akan melihat AI mengambil alih sebagian besar pengadaan di semua industri manufaktur besar. |
Teck Leong |
Teknologi seperti analitik data, machine learning/AI dapat membantu memberikan wawasan yang tak ternilai tentang bagaimana kota berfungsi dan membantu kami merencanakan dengan lebih baik. Namun, pada akhirnya kita masih membutuhkan pertimbangan profesional, prinsip perencanaan yang baik, dan sentuhan manusiawi. Ini akan memungkinkan kita untuk menghargai hasil dari alat-alat teknologi ini sehingga kebijakan dan intervensi yang tepat dapat diterapkan untuk meningkatkan bidang-bidang yang dirasa kurang.
Secara pribadi, saya merasa bahwa masyarakat cenderung terlalu terpikat dengan teknologi yang didukung oleh wirausahawan terkenal dan modalventura. Seringkali, banyak dari teknologi ini bersifat satu dimensi atau satu solusi dalam mencari masalah. Sebagai perencana kota, kita perlu memiliki basis yang lebih luas dan seimbang untuk mempertimbangkan bagaimana inovasi teknologi ini berdampak pada pemangku kepentingan yang berbeda dan apakah mereka benar-benar menciptakan nilai nyata serta menghindari konsekuensi yang tidak diinginkan. Alih-alih berfokus pada teknologi, saya lebih memilih untuk fokus pada hasil yang ingin kita raih sebelum kita melihat solusi apa yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ingin kita selesaikan dengan cara yang paling hemat biaya. |
Alex |
Ya, teknologi memang berperan dalam semua hal ini. Dan akhirnya menjadi suatu kepercayaan - apakah cukup dengan mempercayai otoritas atau mempercayai teknologinya, dan dengan kepercayaan itu saya pikir mereka dapat bekerja lebih baik. |
Memanggil pemangku kepentingan utama untuk berkolaborasi
Alex |
Menciptakan smart city adalah pekerjaan yang sangat besar yang melibatkan banyak pemangku kepentingan dan konstituen. Apakah ada “komunitas pasif dan tidak terlibat” yang harus diperdalam keterkaitannya oleh pemerintah kota untuk mendukung inisiatif baru? |
---|---|
Teck Leong |
Saya pikir sangat penting bahwa setiap rencana smart city tidak dilihat sebagai inisiatif murni pemerintah, tetapi dimiliki oleh berbagai pemangku kepentingan di masyarakat. Ini juga tidak boleh tentang adopsi teknologi untuk kepentingan mereka sendiri tetapi bagaimana mereka dapat membantu menciptakan lapangan kerja yang baik dan peluang serta pengalaman yang lebih baik bagi semua orang di wilayah tersebut. Masyarakat dan bisnis harus bisa melihat nilai di dalamnya. |
Alex |
Menurut Anda, apa model bisnis baru yang pada akhirnya dapat mendorong terciptanya smart city yang lebih baik? |
Theo |
Apa yang telah kita lihat adalah percepatan model as-a-service. Misalnya, sebuah perusahaan dapat mengusulkan ide untuk kota yang akan mendirikan serangkaian tiang lampu untuk memfasilitasi 5G serta layanan digital yang diperlukan dan memungkinkan jaringan 5G tersebar di seluruh kota. Pemerintah perlu memfasilitasi atau mengaktifkan koridor atau tapak untuk tiang lampu. Korporasi akan menginvestasikan modal untuk keseluruhan proyek, dan boleh menghasilkan pendapatan dari tiang lampu. Dalam beberapa kasus, korporasi bahkan akan membagi pendapatan dari tiang lampu tersebut dengan pemerintah. Jadi, korporasi memiliki dan mengelola tiang lampu sampai mendapatkan kembali investasinya dan kemudian akan mentransfer aset tersebut kepada pemerintah.
Model ini memungkinkan pemerintah untuk mempercepat peluncuran layanan pintar, meningkatkan kualitas hidup (Quality of Life/QoL) masyarakat tanpa mengeluarkan modal di awal. Untuk mengaktifkan model semacam ini, kita perlu melihat pergeseran dalam kebijakan pemerintah di mana Kemitraan Pemerintah-Swasta (KPS) menjadi lebih utama. Salah satu pemerintahan paling sukses di seluruh dunia yang menggunakan model KPS adalah Australia. Pergeseran berikutnya yang akan kita lihat adalah infrastruktur sebagai layanan dengan menggunakan prinsip yang sama. |
Teck Leong |
Meskipun solusi perkotaan pintar dan terintegrasi dapat membantu meningkatkan keseluruhan kinerja berkelanjutan sebuah wilayah dan semua bangunan di dalamnya, meyakinkan pemilik bangunan dan rumah tangga untuk menggunakannya tidaklah mudah. Orang-orang ini khawatir tentang berapa banyak yang mereka perlukan untuk membayar layanan ini dan apakah mereka akan “ditawan” setelah mereka mendaftar. Ke depannya, perusahaan teknologi perlu lebih dari sekadar menjual solusi dan teknologi “smart urban” kepada pemerintah kota serta mengharapkan dorongan dari metode yang mereka adopsi. Mereka juga harus menunjukkan dengan jelas serta mengukur manfaat dari perspektif berkelanjutan, fokus pada pengembangan bisnis yang sehat dan model operasi yang berorientasi pasar yang masuk akal secara ekonomi bagi penyedia dan pengguna akhir. Perusahaan teknologi harus siap mengambil lebih banyak risiko dengan mempertimbangkan investasi dan pengoperasian sistem ini tanpa campur tangan pemerintah secara langsung sehingga tanggung jawab terletak pada perusahaan teknologi untuk meyakinkan pasar akan keuntungannya. |
Theo |
Pemerintah harus mengubah cara pandangnya ke masa depan. Kami masih melihat pola pikir pengadaan yang sangat tradisional di luar sana, yang tertinggal dibandingkan dengan percepatan perubahan. Apa yang kita lihat di seluruh dunia saat ini adalah kekurangan anggaran yang luar biasa, terutama di sektor infrastruktur. Jadi, kami perlu melibatkan entitas perusahaan untuk membantu kami mewujudkannya, tanpa pengadaan yang lambat dan metode tradisional. Konsorsium perusahaan dapat mengirimkan komponen infrastruktur yang dibutuhkan, dan kami dapat mencapainya dengan lebih cepat. Beberapa pemerintah masih berjuang untuk melakukan penyesuaian. |
Alex |
Apakah ada pemangku kepentingan lain yang harus dilibatkan oleh smart city untuk membantu mewujudkan visinya?Kita berbicara tentang perusahaan dan pemerintah, tetapi siapa lagi yang harus terlibat secara aktif? |
Theo |
Keberhasilan yang mendasari smart city terletak pada warganya. Siapa pun yang tidak memperhitungkan masyarakat dan komunitas kemungkinan besar akan gagal dalam jangka panjang. Smart city yang sukses sedang dibangun oleh kemitraan yang sukses antara konsorsium yang baik, pemerintah yang visioner, dan komunitas yang terlibat aktif. |
Colin |
Kepercayaan adalah faktor pendukung yang fundamental dari smart city. Siapa yang ingin Anda percayai? Mungkin, untuk perusahaan besar, Anda harus kembali kepada komunitas. Anda dapat mulai membangun aliansi dengan kelompok komunitas menggunakan teknologi dan perspektif perusahaan multinasional Anda, dan membawanya ke tingkat tertentu di mana Anda memiliki kredibilitas, dan kemudian menggunakannya untuk memajukan agenda smart city Anda. |
Bagaimana perusahaan teknologi seperti Hitachi dapat berkontribusi
Alex |
Perusahaan teknologi seperti Hitachi telah mengerjakan inisiatif smart city selama bertahun-tahun. Bagaimana mereka akan berkontribusi pada kesuksesan smart city di tahun-tahun mendatang? |
---|---|
Theo |
Kami telah melihat keberhasilan terbesar di sekitar titik tekanan utama, seperti: kekuasaan, energi, dan keamanan. Hitachi telah melakukan beberapa hal yang sangat kreatif seputar desalinasi air dan pembangkit listrik. Dalam lima tahun terakhir, kami telah melihat pergeseran ke ekonomi konsumsi, dan kami memahami bahwa konsumen adalah kunci untuk menciptakan teknologi yang mengubah permainan. Jadi sekarang fokusnya adalah bagaimana kita dapat terhubung dengan konsumen. Saya percaya bahwa siapa pun yang menyentuh warga dan dapat memengaruhi kualitas hidup akan sukses. |
Alex |
Hal tersebut merupakan wawasan utama dalam hal bagaimana Hitachi memandang masa depan. Dan saya pikir strateginya sudah berhasil serta merupakan sesuatu yang dapat kita pelajari bersama. Bagaimana kita bisa mempertemukan semua pemangku kepentingan sebagai komunitas untuk menyelesaikan masalah ini? |
Wujuan |
Kami sering menghadapi masalah bahwa teknologi harus dibuktikan sebelum pemerintah dapat membelinya. Menguji teknologi smart city di tingkat wilayah/kabupaten adalah cara untuk membangun kepercayaan pada teknologi dan solusi. Wilayah pintar akan menyediakan platform bagi pemangku kepentingan yang berbeda untuk bersama-sama menciptakan teknologi dan mendemonstrasikan bagaimana teknologi dapat diintegrasikan dan bekerja sama. Kami berharap pemerintah dapat memiliki inisiatif kabupaten yang lebih cerdas dan strategi keseluruhan, termasuk skema insentif, untuk membangun komunitas ko-inovasi. |
Theo |
Kami mulai melihat pergeseran dalam pemerintahan dengan kepemimpinan visioner. Mereka mulai berkata, “Kami perlu menyelesaikan masalah. Dapatkah Anda membentuk konsorsium perusahaan yang dapat memberikan jawaban kepada kami dan menyampaikannya dalam kemitraan dengan pemerintah?” Seringkali, solusi perlu menyelesaikan kebutuhan modal untuk menyelesaikan proyek. Ini adalah jenis peluang dan tantangan jangka panjang yang dicari Hitachi dan mitra kami. |
Smart city adalah salah satu contoh bagaimana kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan warga negara dapat mendorong perubahan sosial yang positif. Hitachi bekerja sama dengan pelanggan global, mitra, dan lembaga pendidikan menciptakan solusi inovasi sosial guna mempercepat penyelesaian masalah yang dihadapi masyarakat dan organisasi. Perhatikan percakapan masa depan tentang keuangan digital. Percakapan ini memberikan kesempatan untuk mendengar dari para ahli dan pemimpin tentang kemajuan menarik yang terjadi saat ini dan menunjukkan bagaimana Hitachi powering good untuk masa depan yang lebih cerah.
Profil
Alex LIN, Ph.D. Wakil CEO NTUitive dan Dewan Direksi Action Community for Entrepreneurship (ACE)
Alex Lin adalah pembangun ekosistem inovasi, yang membantu membangun ekosistem start-up dan inovasi di berbagai negara. Saat ini ia menjabat sebagai CEO sementara NTUitive. Alex sebelumnya adalah kepala modal ventura pemerintah senilai USD200 juta di bawah Infocomm Development Authority (IDA). Sejak 2014, ia telah mendanai lebih dari 380 perusahaan start-up dan mempercepat lebih dari 170 perusahaan start-up hingga seri-A. Upaya besar-besaran ini meningkatkan ekosistem start-up teknologi Singapura dari peringkat ke-17 menjadi peringkat ke-10 dalam dua tahun, dan berkontribusi pada negara start-up yang dinamis yang kini dinikmati semua orang. |
|
Teck Leong LIM Direktur, Physical Planning Group, Urban Redevelopment Authority
Teck Leong Lim bekerja untuk Otoritas Pembangunan Kembali Perkotaan Singapura dan mengawasi perencanaan penggunaan lahan dan masalah pembangunan di bagian barat Singapura. Dia saat ini memimpin perencanaan induk dan pengembangan Distrik Danau Jurong menjadi distrik kelas dunia, berkelanjutan, penggunaan campuran, dan pusat komersial terbesar di luar CBD. Dia telah berpartisipasi dalam tinjauan rencana dan kebijakan penggunaan lahan strategis dan jangka menengah Singapura, dengan fokus pada penggunaan industri, pelabuhan, kereta api dan infrastruktur, perencanaan ruang bawah tanah, dan pembangunan yang cerdas dan berkelanjutan. Sebelum ditunjuk dalam kelompok perencanaan fisik, Teck Leong terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan infrastruktur di berbagai wilayah Singapura, termasuk Marina Bay untuk mendukung penjualan tanah pemerintah. |
|
Colin LIM Konsultan Mobilitas Smart City, Mantan CEO MobilitasX
Colin Lim adalah pemimpin serbabisa dengan rekam jejak yang terbukti dalam memulai dan menerapkan perubahan. Dia mendirikan dan memimpin "mobilitas sebagai layanan" untuk start-up, mobilitasX; memegang janji penting di Kementerian Transportasi Singapura; Kementerian Dalam Negeri dan Otoritas Transportasi Darat; Perusahaan transportasi umum Singapura, SMRT; dan perusahaan multinasional, IBM. Colin telah berkontribusi pada banyak inisiatif global, serta strategi jangka panjang untuk Singapura. Ia mengkhususkan diri dalam inovasi, mobilitas, strategi, dan kebijakan/regulasi publik. |
|
Theo SCHERMAN Chief Strategy Officer, Hitachi Asia Ltd.
Sebagai chief strategy officer Hitachi APAC, Theo Scherman memberikan pemikiran kepemimpinan dalam segmen industri utama, menetapkan peta jalan solusi yang selaras dengan industri tersebut, meneliti dan mengembangkan strategi yang akan memungkinkan Hitachi untuk menggunakan pengetahuan dan inovasi pembangkit tenaga listriknya untuk mentransformasi hasil bagi pemerintah, mitra, dan klien. Sebelum bergabung dengan Hitachi, Theo adalah CEO Eduss Broadcast & Media Inc. Dengan pengalaman lebih dari 24 tahun dan keahlian dalam bisnis terdepan, dari era IT hingga IoT sebagai pemimpin pemikiran dalam transformasi digital global, langkah-perubahan, baik regional maupun internasional. |
|
Wujuan LIN, Ph.D. Deputy General Manager, Research & Development Center, Hitachi Asia Ltd.
Wujuan Lin merupakan pimpinan dari Digital Solution Group, Pusat Penelitian & Pengembangan di Hitachi Asia Ltd. Dia bertanggung jawab atas penciptaan inovasi sosial di seluruh negara ASEAN. Pekerjaannya saat ini mencakup pengembangan teknologi dan solusi di berbagai sektor, termasuk manajemen gedung, keselamatan publik, mobilitas, manufaktur dan logistik, serta keuangan. Wujuan menerima gelar doktor di bidang teknik listrik dan komputer dari National University of Singapore. Dia memiliki lebih dari 20 paten dan telah menulis 15 publikasi teknis. |
Direproduksi dari artikel asli di < Powering Good: Insights from AI/Analytics > dengan izin dari Hitachi Global Research